Seiring dengan semakin dekatnya waktu penyelenggaraan Pemilu 2024, kita makin familiar dengan istilah-istilah politik yang kerap muncul jelang pemilu. Satu di antaranya adalah swing voter.
Swing voter merujuk kepada individu yang tidak mempunyai ikatan afiliasi politik yang kuat dengan partai atau calon presiden tertentu. Mereka cenderung membuka diri untuk memilih kandidat dari berbagai partai politik dengan melihat dan mengamati visi misi, kebijakan dan kinerja mereka.
Data yang dirilis Kominfo menunjukkan bahwa jumlah swing voter ternyata terus bertambah di setiap Pemilu. Jumlah mereka Pemilu 1999 sebanyak dari 7,3 persen, bertambah menjadi15,9 persen pada Pemilu 2004, bertambah lagi menjadi 28,3 persen pada Pemilu 2009, dan bertambah lagi menjadi 29,1 persen pada Pemilu 2014.
Dalam gelaran Pemilu 2024 mendatang, swing voter biasanya akan menjadi fokus utama partai-partai politik dan calon presiden, karena jumlah mereka yang tidak sedikit sehingga dukungan mereka dapat memengaruhi dan menentukan hasil pemilihan.
Menerka Swing Voter pada Pemilu 2024
Pada Pemilu 2019 lalu, masing-masing calon presiden dihadapkan pada sebuah tantangan besar terkait bagaimana menggaet dukungan dari swing voter yang memiliki potensi berpindah dari satu partai ke partai yang lain.
Hal sama sepertinya tidak akan jauh berbeda untuk Pemilu 2024 mendatang. Menurut hasil survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga Algoritma Research and Consulting pada 29 Mei-10 Juni 2023, pemilih swing voter untuk Pilpres 2024 jumlahnya mencapai 48,2%. Jumlah ini jauh lebih besar ketimbang pemilih yang telah menentukan pilihannya secara final yang mencapai 33,9%.
Direktur Eksekutif Politika Research and Consulting (PRC), Rio Prayogo melihat volatilitas atau potensi swing voter yang sebesar 48,2% itu merupakan angka yang akan mampu mengubah konstelasi pertarungan politik secara signifikan dan itu akan dipengaruhi oleh isu-isu politik yang terjadi.
Swing voter diidentikkan dengan pemilih rasional, sebab mereka pada pemilu yang akan datang belum tentu akan memilih partai atau calon presiden yang telah dipilihnya pada pemilu sebelumnya. Keraguan ini biasanya akan dialami oleh banyak pemilih muda dan milenial.
Keberpindahan mereka dalam menentukan pilihan politik, tidak lantas menunjukkan bahwa mereka itu tidak loyal atau tidak setia, tetapi sikap politik mereka ini lebih mencerminkan bahwa mereka mengantongi sejumlah pertimbangan rasional sebelum menentukan pilihan. Bahkan bukan tidak mungkin, mereka baru akan menentukan pilihan politiknya jelang hari H pencoblosan.
Salah satu faktor yang memengaruhi preferensi mereka adalah analisa mereka terhadap visi misi dan pandangan dari tiap-tiap calon presiden saat beradu gagasan dalam debat capres-cawapres.
Mengutip narasi.tv, Pemilu 2024 mendatang akan banyak membidik isu-isu yang beririsan langsung dengan pemilih Gen Z yang kebanyakan dihuni oleh golongan mahasiswa dan pencari kerja. Isu-isu urgen yang terkait mereka antara lain kesempatan kerja yang minim, akses mendapatkan bantuan keuangan, perawatan kesehatan, dan isu lingkungan (krisis iklim).
Mereka akan menjatuhkan pilihannya kepada partai-partai politik dan calon presiden-wakil presiden yang mampu mendekati mereka, menguasai persoalan-persoalan mereka dan hadir menawarkan program-program yang membantu menguraikan persoalan yang mereka hadapi. Jika sekiranya tidak ada yang mampu menggaet mereka atau tidak ada yang menarik bagi mereka, bukan tidak mungkin swing voter ini akan berubah menjadi golongan putih.
Jadi, keputusan swing voter seringkali didasarkan pada berbagai faktor, seperti kredibilitas dan kebijakan calon, dan persepsi mereka terhadap kemampuan partai politik untuk mengatasi isu-isu kunci.
Biasanya, partai politik menargetkan swing voter dengan strategi kampanye dan pesan yang disesuaikan untuk mendapatkan dukungan mereka. Pemilu 2024 nanti diperkirakan akan menyaksikan upaya intensif dari partai politik untuk memenangkan dukungan dari mereka.
Dalam Pemilu 2024 nanti, akan menarik untuk melihat bagaimana partai politik dan calon presiden-wakil presiden mengambil pendekatan mereka dalam mencoba memenangkan dukungan dari swing voter, dan bagaimana faktor-faktor seperti kinerja pemerintah saat ini dan isu-isu kunci yang muncul dapat memengaruhi keputusan mereka. Bagaimana pun, swing voter memiliki potensi untuk menjadi penentu penting dalam pemilu nanti.
Kommentare