top of page

Mimpi Besar Jamaludin Ridwan Bunsiang Untuk Banggai Laut



Pantang pulang sebelum sukses. Berbekal kalimat itu, seorang pemuda memutuskan pergi meninggalkan kampung halalmannya di Banggai Laut, sebuah wilayah kepulauan yang berada di Sulawesi Tengah.


Jamaludin Ridwan Bunsiang kala itu melangkah pergi menuju Ibu Kota Jakarta. Ia meninggalkan seluruh orang yang dicintainya, hanya dengan bermodalkan keyakinan dan tekad yang kuat, bahwa keputusannya untuk merantau di usia muda akan terbalaskan dengan kesuksesan di masa depan.


Singkat cerita, bertahun-tahun pasca merantau ke Ibu Kota, pemuda yang akrab disapa Jamal tersebut, saat ini telah dikenal di Wilayah Banggai Laut sebagai Wakil Ketua 2 DPRD Kabupaten Banggai Laut dari Fraksi Partai NasDem, pada usia kurang dari 30 tahun.



Untuk mencapai titik dimana dirinya berada saat ini, butuh pengorbanan dan effort yang luar biasa. Ada jalan panjang dan terjal yang harus ditempuh Jamal untuk sampai di kursi Anggota Dewan Kabupaten Banggai Laut. Jamal memulai langkahnya kala itu dengan menempuh perjalanan panjang dan melelahkan menuju ibu kota Jakarta. Tidak main-main, jarak tempuhnya memakan waktu setidaknya dua hari!

“Saya harus nyeberang kapal laut dulu selama kurang lebih 8 jam untuk sampai ke Banggai yang merupakan Ibu Kota Banggai Laut, itu pun dalam catatan jika cuaca di laut sedang bersahabat. Kalau sedang buruk, maka perjalanan bisa ditempuh 12 hingga 14 jam. Setelah sampai di Banggai, baru bisa naik pesawat dengan terlebih dahulu transit di Makassar.”

Jamal memutuskan merantau ke Jakarta selepas lulus SMA bermotifkan mengubah nasib dengan menggapai pendidikan tinggi dan pekerjaan yang mapan. Jamal kurang lebih menghabiskan waktu 8 tahun di Jakarta. Ia betul-betul seorang diri, tidak ada keluarga, kerabat atau sanak saudara yang sekiranya bisa dihubungi.

“Saya merantau ke Jakarta modal nekat aja. Saya sendirian, tidak ada keluarga sama sekali. Bismillah saja dan yakin bahwa hasil tidak mengkhianati usaha saya nantinya. Saya pantang pulang sebelum sukses atau berhasil."

Mewujudkan Cita-Cita Lewat Politik


Universitas Krisnadwipayana Jakarta Timur menjadi pelabuhan Jamal dalam upayanya meraih gelar sarjana. Dapat dikatakan, di tempat inilah Jamal mengasah ilmu politik dan kepemimpinannya. Ia aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, dari mulai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) hingga Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).



Keaktifannya tersebut juga yang pada akhirnya mengantarkannya kepada Partai NasDem, tempat dimana Jamal menemukan wadah sekaligus rumah yang nyaman untuk melampiaskan hasrat berpolitik dan tentu juga cita-citanya.


Jamal memutuskan bergabung dengan Partai Nasdem di usia yang maish sangat muda, 23 tahun. Pada tahun 2018, Jamal memutuskan untuk pulang ke Banggai Laut, seiring dengan dirinya melihat peluang sebagai anak muda untuk dapat mencalonkan diri dalam Pemilihan Legislatif (pileg) 2019.

“Saat saya mengambil keputusan untuk pulang, sebetulnya awalnya tidak ada niat untuk nyaleg. Yang ada dipikiran saya saat itu hanyalah ingin mencari kerja saja, namun kebetulan juga saya lihat di Partai NasDem ternyata ada ruang untuk anak muda bisa nyaleg, baru saya akhirnya nyaleg.”

Dalam perjalanannya, Jamal berhasil terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Banggai Laut dalam pileg 2019 di usia yang masih sangat muda, yakni 26 tahun. Jamal mengakui bahwa menjadi Anggota DPRD di Kabupaten Banggai Laut adalah sebuah hal yang telah lama diimpikannya.



Apa yang dilakukannya ini bukanlah sebuah ajang coba-coba atau sekedar iseng-iseng berhadiah. Dari lubuk hati terdalamnya, Jamal memang sudah lama ingin dapat mengabdikan diri kepada masyarakat di kampung halamannya melalui ranah konstitusi.

“Menjadi Anggota DPRD Kabupaten Banggai Laut memang sudah saya niatkan sejak lama untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Saya tidak sekadar untuk coba-coba atau mencari peruntungan semata, saya memang serius sejak awal untuk mencapainya (Anggota DPRD). Saya mantapkan niat untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan dapat merubah sesuatu.”

Tidak memiliki dana besar dan minim pengalaman dalam berkampanye, nyatanya tidak membuat Jamal hilang akal. Ia pun tidak segan dan tidak kenal lelah turun langsung ke masyarakat setiap hari untuk melakukan pendekatan dan berkampanye secara door to door dalam menyampaikan gagasan, program, serta visi & misinya kepada masyarakat di daerah pemilihannya (dapil). Jamal percara diri bahwa ia memiliki kompetensi politik yang cukup untuk bersaing dan bisa dijual ke masyarakat.

“Saya berkampanye itu door to door, berangkat pagi buta dan pulang dini hari. Saya sampaikan (program & gagasan) ke rumah-rumah sambil membawa stiker. Saya sampaikan bahwa saya sebagai anak muda ingin maju sebagai Anggota DPRD. Saya kumpulkan para karang taruna. Pendekatan juga saya lakukan ke anak-anak muda melalui hobi seperti olahraga sepakbola misalnya. Saya dukung kegiatan kepemudaan.”

Diakui Jamal, apa yang diraih oleh Jamal saat ini tidak akan terwujud tanpa adanya keterbukaan untuk anak muda dari Partai NasDem. Jamal saat itu memang sejatinya betul-betul tidak punya bekal apapun untuk bersaing di pemilihan legislatif pada umumnya. Seperti halnya saat dirinya merantau ke Ibu Kota dahulu, ia hanya memiliki semangat, kemauan, dan keinginan.

“Saya serius (jadi Anggota DPRD), dan tentunya itu didukung oleh partai NasDem yang mendukung anak muda seperti saya. Saya pun amat bersyukur bahwa NasDem juga betul-betul tidak memungut mahar apapun dalam proses kampanye saya, asal ada kemauan dan keinginan kuat NasDem akan dukung penuh.”

Sosok Inspirasi


Bukan tanpa alasan Jamal memutuskan bergabung dengan Partai NasDem, jika harus menyebut satu alasan terkuat, maka faktor Sang ketua Umum Surya Paloh dan Wakil Ketua Umum Ahmad Ali menjadi pemicunya. Jamal secara terbuka mengakui kekagumannya terhadap keduanya yang dianggap telah menjadi sosok yang menginspirasinya dalam berpolitik di Indonesia. Terkhusus untuk Ahmad Ali selaku Wakil Ketua Umum, Jamal menjadikannya sebagai role model anak asli Sulawesi Tengah yang mampu meraih sukses di dunia politik tanah air.

“Kiblatnya saya (berpolitik) adalah sosok mereka berdua (Surya Paloh & Ahmad Ali) mereka sangat inspiratif. Kenapa? Karena utamanya mereka berdua bergabung dan masuk ke dunia politik bukan semata-mata untuk mencari sumber kekayaan baru, atau semata-mata mencari popularitas, tetapi memang betul-betul untuk pengabdian kepada masyarakat dan negara. Saya bangga bisa bergabung dan berjuang bersama keduanya.”


Perjalanan politiknya terlihat mulus namun sejatinya tidaklah demikian. Dalam karirnya, keluarga adalah salah satu faktor penguat utama Jamal dalam berjuang, namun juga sekaligus menjadi salah satu rintangan terbesar baginya.



Restu keluarga


Saat memutuskan terjun ke dunia politik, jamal menuturkan ada banyak pergolakan yang harus dihadapinya, salah satu yang membuat dilema adalah keluarga yang tidak mendukung jika dirinya masuk ke dunia politik.


Jamal lahir dan besar di Banggai Laut. Tepatnya di desa Gonggong, Kecamatan Banggai tengah, Kabupaten Banggai Laut. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang petani, sementara sang Ibu hanya seorang ibu rumah tangga.


Sejak dahulu, di keluarganya sama sekali tidak ada yang terjun ke politik. Maka saat Jamal menyampaikan keinginannya kepada keluarganya untuk maju sebagai calon Anggota DPRD Kabupaten Banggai Laut, hasilnya sudah dapat ditebak oleh Jamal. Kedua orangtua Jamal menyatakan ketidaksetujuannya.


Alasannya pun terbilang complicated. Dari mulai stigma negatif tentang politik yang telah melekat kuat di dalam diri keluarganya. Untuk maju di kontestasi politik, keluarganya menilai bahwa Jamal tidak akan berhasil, karena baik dirinya dan keluarga tidak memiliki cukup uang.

“Pikiran mereka (orangtua) itu bahwa politik selalu diidentikkan dengan uang, butuh banyak uang. Saya secara pribadi dan juga orang tua memang punya keterbatasan soal finansial. Keluarga kami sederhana, hanya berkecukupan dan tidak bisa mewah atau berlebihan. Terpenting bisa makan dan bisa sekolah prioritasnya.”

Stigma dan pandangan akan kepercayaan masyarakat sekitar terkait figur politik yang diidentikkan sudah harus berusia senior pun seakan memperbesar gelombang penolakan dari orangtua dan juga keluarga besarnya. Jamal dianggap masih terlalu muda untuk maju sebagai calon Anggota DRPD, apalagi dalam sebuah politik praktis.

“Stigma di daerah meyakini saya yang masih muda dan belum menikah dianggap belum bisa berkarir di politik. Karena pertimbangan orang-orang disini (Banggai Laut) itu kalau belum nikah maka belum boleh memimpin suatu daerah, karena dianggap belum teruji dalam memimpin keluarga yang dianggap sebagai syarat minimal.”

Namun tekad dan rasa percaya diri yang kuat dari Jamal pada akhirnya mampu meyakinkan kedua orangtua dan keluarga besarnya untuk akhirnya mendapatkan doa & restu untuk bertarung dan membuktikan diri di pemilihan legislatif 2019.



Kini, kursi Anggota DPRD telah berhasil diraih oleh Jamal. Namun perjuangan Jamal kini bukan lagi hanya untuk mengubah stigma masyarakat daerah yang tidak lagi relevan, namun juga membuktikan apa yang telah dijanjikannya saat masa kampanye, apa yang bisa dia lakukan dan wakilkan untuk masyarakat di Banggai Laut.

“Saat ini saya harus selalu turun langsung untuk menyerap aspirasi masyarakat, membuktikan dan merealisasikan apa yang saya katakan saat masa kampanye. Kalau janji yang saya ucap tidak bisa direalisasikan dan hanya menjadi sebatas janji, maka saya akan mendapat sanksi politis. Sanksinya pun jelas, saya tidak akan dipercaya & dipilih kembali oleh masyarakat di waktu mendatang.”


Cinta Untuk Banggai laut


95% geografis Banggai Laut adalah lautan. Dengan kondisi tersebut, Jamal memiliki mimpi menjadikan kampung halamannya tersebut menjadi sebuah Kabupaten Ekowisata. Namun hal tersebut dianggap Jamal kontradiktif jika melihat cukup seriusnya masalah lingkungan yang terjadi di Banggai Laut, karena masih kurangnya kesadaran masyarakat.

“Kenapa saya bilang kurang kesadaran? Kita ingin memajukan Kabupaten Banggai Laut, namun kita sendiri masih buang sampah sembarangan di laut. Kalau sudah demikian, kalau lingkungan dan laut kita kotor tercemar oleh sampah atau limbah, bagaimana wisatawan mau datang?”

Menurut Jamal, menjadikan Kabupaten Banggai Laut yang baru berusia tujuh tahun ini sebagai Kabupaten Ekowisata diperlukan persiapan yang matang, butuh waktu waktu yang panjang, dan tentunya menguras tenaga serta pikiran.


Bukan hanya sekedar infrastruktur, tetapi Juga fasilitas penunjang termasuk masalah lingkungannya. Maka tanpa adanya dukungan dan kesadaran masyarakat didalamnya, tidak akan terwujud keinginan untuk menjadikan Kabupaten Banggai Laut menjadi Kabupaten Ekowisata.

“Saya ingin sekali melihat Kabupaten Banggai Laut menjadi destinasi seperti Bali, Kuta Mandalika & Lombok. Jadinya juga kita sebagai anak Banggai merasa senang melihat daerahnya sendiri dikenal luas karena memiliki keindahan alam, sehingga memiliki kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang terlahir disini.”


Diungkapkan Jamal, kurangnya kesadaran dalam berbagai aspek kehidupan memang merupakan problem yg menahun di masyarakat Kabupaten Banggai Laut. Oleh karenanya, Jamal ingin masyarakat Banggai Laut yang mengandalkan sektor perikanan dan pertanian untuk menyambung hidup juga peduli terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan, khususnya di era digitalisasi ini.


Anak-anak muda Banggai laut juga harus melek teknologi dengan meningkatkan skill dan kapabilitas diri menghadapi era digital. Alasan utamanya adalah agar roda perekonomian masyarakat di Banggai Laut tetap dapat berjalan ditengah zaman yang kian modern.


Diharapkan dengan melek digital nantinya akan lahir produk-produk UMKM khas Banggai Laut seperti olahan aneka ikan laut atau Ubi khas Banggai yang menjadi pangan primadona Sulawesi tengah, dengan jangakuan pasar yang luas memanfaatkan teknologi digital.



Banggai Laut sejatinya dinilai oleh Jamal memiliki potensi melahirkan produk-produk UMKM bernilai jual tinggi jika masyarakatnya dapat memanfaatkan teknologi digital guna memasarkan produknya. Penyuluhan secara masif untuk membangun digitalisasi di Banggai Laut pun terus dilakukan agar masyarakat tidak lagi bergantung kepada cara konvensional dalam menjual produknya.

“Sinergitas UMKM agar terdigitalisasi harus segera direalisasikan, karena memang sekarang tidak lagi bisa hanya mengandalkan penjualan secara manual atau konvensional, tidak akan bisa bersaing kedepannya.”

Jamal terjun ke politik tidak memiliki fokus atau tujuan tertentu selain ingin membenahi Kampung Halamannya yakni Kabupaten Banggai Laut secara keseluruhan. Tidak hanya sektor lingkungan semata, dari mulai sektor pendidikan, sosial dan lainnya. Jamal hanya ingin hadir untuk membantu masyarakat di Kabupaten Banggai Laut apapun yang menjadi keluhannya.

“Apapun yang menjadi keluhan masyarakat di Banggai Laut, selagi saya bisa akan saya bantu. Jika ada anak yang tidak bisa sekolah, maka saya akan carikan solusi agar ia bisa sekolah. Jika ada keluarga yang membutuhkan bantuan sosial namun tidak tersentuh oleh pemerintah daerah, saya akan carikan solusi agar mereka mendapat bantuan.”


Harapan dan Cita-Cita


Terlepas dari kisah hidupnya yang inspiratif, Jamaludin Ridwan Bunsiang juga seorang anak muda biasa yang memiliki impian dan cita-cita pribadi. Pemuda yang hobi memancing dan berolahraga bulutangkis ini mengaku punya keinginan punya cita-cita menjadi seorang Bupati di Banggai Laut di masa depan, demi dapat memimpin dan membuat perubahan yang lebih baik di tanah kelahirannya.

“Saya telah gantungkan cita-cita saya setinggi langit. Saya ingin menjadi Bupati disini (Banggai Laut). Kenapa demikian? Agar segala bentuk persoalan bisa langsung saya eksekusi sendiri. Di DPRD, kewenangan saya terbatas karena saya bukan yang mengelola anggaran. Saat ini saya hanya dapat memberi masukan & menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah daerah.”


Tak tertinggal doa, harapan dan cita-cita Jamal untuk masyarakat Kabupaten Banggai Laut agar merdeka secara finansial dan senantiasa semakin sejahtera hidupnya. Dan baginya, taraf hidup yang lebih baik hanya bisa didapatkan jika pendidikan telah merata dirasakan sampai ke pulau terluar dan terpencil di Banggai Laut.

“Saya ingin mereka (masyarakat Banggai laut) sejahtera. Tidak ada lagi terdengar ada anak yang tidak bisa sekolah karena tidak punya biaya. Tidak ada lagi kabar anak yang tidak bisa sekolah karena tidak adanya transportasi atau akses yang bisa menghubungkannya dengan sekolah. Tidak ada lagi anak yang tidak bisa sekolah karena terkendala tidak adanya fasilitas penunjang untuk bersekolah.”


Pesan Untuk Anak Muda


Zaman akan terus bergerak maju, begitu pula politik yang akan terus bergerak mengikuti perkembangan zaman. Anak muda saat ini khususnya milenial dan generasi z diharapkan ikut dalam arus gerakan perubahan dengan menjadi bagian yang membawa perubahan tersebut melalui Partai Politik.



Jamal tidak lupa untuk terus mengajak dan melakukan sosialisasi kepada anak muda secara pelan-pelan untuk tidak lagi apatis dan mau bergabung dengan partai politik tentunya Partai NasDem.

“Anak muda jangan pernah takut atau menganggap politik ini sebagai sebuah bara api yang kalau kita dekati selalu panas dan menakutkan. Justru dengan paham dan ngerti politik, kedepannya kita bisa berpikir realistis bahwa ada banyak hal yang tidak bisa di lakukan tanpa politik."

Politik itu tidak bisa dibenci. Mengapa demikian? Karena hampir semua urusan hidup kita itu diatur oleh politik secara tidak langsung. Anak muda adalah pionir dan garda terdepan negeri ini dalam menghadapi tantangan di masa depan. Yang muda yang berpolitik!






Yuk kenal lebih dekat dengan Wakil Ketua 2 DPRD Kabupaten Banggai Laut Fraksi Partai NasDem, Jamaludin Ridwan Bunsiang dengan follow akun IG nya @jamaludin_ridwan21











140 tampilan1 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page